Selasa, 24 Februari 2015

Sebuah sketsa kusimbahkan perjalanan waktu, juga dirimu. Suatu yang amat kekal tak lekanggerusan godaan. Hujan, kau pun merasakan rintiknya. Juga bersamaku dalam satu teduhan. Kini kelanaku rumit, sayang. Tangga-tangga yang dulu kita susun rapi,kini keropos ditinggal penghuninya. Buah hati yang kau beri nama telah dewasa.Terkadang ia pun menanyakan keberadaanmu sekarang. Aku semakin berpeluh pilu. Ingin kukatakan yang sebenarnya, tapi belum waktunya untuk kuceritakan padanya,sayang. Wajahnya yang sering berisyarat tanya, mengingatkanku akan parasmu dalam kotak pigura. Dia seperti halnya dirimu. Dia pun memliki bulu mata yang lentik juga lesung pipinya. Terkadang aku seperti tak pernah kehilanganmu. Maaf jiika aku mengingat. 


Perlu dirimu tahu,seminggu lagi gadis kita meninggalkan bapaknya. Di pelaminan nanti, izinkan aku mendampinginya tanpamu. Maaf Sekali lagi maaf, aku merasa kehilangan dirimu dan  dirinya. Do’aku dan do’anya mengikut serta; semoga dirimu senantiasa berada di sisi-Nya. Aku inginkan pada hari-hari yang kekal, kelak kita bisa bersama, bertemu dan berkumpul kembali suatu nanti. Adalah janji Sang Maha pada hamba-hambanya yang sholeh.

Bdg, Pertengahan Desember ketika hujan 2014

0 comments:

Posting Komentar