Jumat, 20 Maret 2015

Jika Anda mempunyai tulisan atau artikel seputar dunia kesusastraan dan ingin dipublikasikan di blog kami, kirimkan karya Anda ke alamat email: bersastra@gmail.com. Terimakasih.
Angkatan Pujangga Baru muncul sebagai reaksi atas banyaknya sensor yang dilakukan oleh Balai pustaka terhadap karya tulis sastrawan pada masa tersebut, terutama terhadap karya sastra yang menyangkut rasa nasionalisme dan kesadaran kebangsaan.

Sastra Pujangga Baru adalah Sastra intelektual, nasionalistik dan elitis menjadi “bapak” sastra medern Indonesia.

Pada masa ini, terbit pula majalah “Poedjangga Baroe” yang dipimpin oleh Sultan Takdir Alisyahbana, Amir Hamzah dan Armijn Pane.
1.      Kelompok “ Seni untuk Seni ”
2.      Kelompok “ Seni untuk Pembangunan Masyarakat “

Ciri-ciri sastra pada masa Angkatan Pujangga Baru antara lain sbb:

-Sudah menggunakan bahasa Indonesia
-Menceritakan kehidupan masyarakat kota, persoalan intelektual, emansipasi ( struktur cerita/konflik sudah berkembang)
-Pengaruh barat mulai masuk dan berupaya melahirkan budaya nasional
-Menonjolkan nasionalisme, romantisme, individualisme, intelektualisme, dan materialisme.

Salah satu karya sastra terkenal dari Angkatan Pujangga Baru adalah Layar Terkembangkarya Sultan Takdir Alisyahbana.
Layar Terkembang merupakan kisah roman antara 3 muda-mudi; Yusuf, Maria, dan Tuti.
-Yusuf adalah seseorang mahasiswa kedokteran tingkat akhir yang menghargai wanita.
-Maria adalah seorang mahasiswi periang, senang akan pakaian bagus, dan memandang kehidupan dengan penuh kebahagian.
- Tuti adalah guru dan juga seorang gadis pemikir yang berbicara seperlunya saja, aktif dalam perkumpulan dan memperjuangkan kemajuan wanita.

Selain Layar Terkembang, Sultan Takdir Alisyahbana juga membuat sebuah puisi yang berjudul “Menuju ke Laut”.
Puisi “Menuju ke Laut” karya sultan Alisyahbana ini menggunakan laut untuk mengungkapkan hubungan antar manusia,alam,dan Tuhan.
Ada pula seorang Pujangga Baru lainnya,Sanusi Pane yang menggunakan laut sebagai sebagai sarana untuk mengungkapkan hubungan antar manusia,alam,dan Tuhan
Karya Sanusi Pane ini tertuang dalam bentuk puisi yang berjudul “ Dalam Gelombang “

Sastrawan pada Angkatan Pujuangga Baru beserta hasil karyanya antara lain sebagai berikut :
Sultan Takdir Ali Syahbana
-          Contoh : Di Kakimu, Bertemu
Sutomo Djauhar Arifin
-          Contoh : Andang Teruna (fragmen)
Rustam Effendi
-          Contoh : Bunda dan Anak, Lagu Waktu Kecil
Asmoro Hadi
-          Contoh : Rindu, Hidup Baru
Hamidah
-          Contoh : Berpisah, Kehilangan Mestika (fragmen)
Angkatan ini memiliki ciri dengan tema yang lebih menonjol dari angkatan sebelumnya yaitu politik dan protes sosial. Angkatan ini menggunakan kalimat yang panjang dan bisa dibilang mendekati bentuk prosa.
Tokoh dalam Angkata `66 adalah :
  • Kumpulan puisi Blues untuk Bnie dan Ballada Orang-Orang Tercinta, karya W.S. Rendra
  • Kumpulan puisi Tirani, karya Taufiq Ismail
  • Novel Pada Sebuah Kapal, karya N.H. Dini
  • Novel Kemarau, karya A.A. Navis
  • Novel Pulang, karya Toha Mohtar
  • Novel Burung-burung Manyar, karya Mangunwijaya
  • Novel Ziarah, Iwan Simatupang
  • Novel Harimau-Harimau, karya Mochtar Lubis
  • Angkatan ini memiliki ciri yang lebih bebas dalam prosa dan puisinya. Prosa dalam angkatan ini mempunyai corak realisme, sedangkan puisinya mempunyai corak ekspresionisme. Setting dan tema yang kebanyakan diambil angkatan ini adalah masa revolusi. Angkatan ini lebih mementingkan isi sastra ketimbang keindahan bahasa yang dipakai, sehingga angkatan ini jarang yang menghasilkan roman seperti pada angkatan sebelumnya. 
Tokoh dalam Angkatan `45 yaitu : 
  • Kumpulan drama Sedih dan Gembira, karya Mochtar Lubis
  • Kumpulan puisi Deru Campur Debu, karya Chairil Anwar
  • Novel Keluarga Gerilya, Pramoedya Anantya Toer
  • Novel Atheis, karya Achdiat Kartamiharja
  • Novel Aki dan Surabaya, Idrus

Angkatan ini memiliki ciri umum yaitu tema karya seputar konflik adat di mana kaum tua berkonflik dengan kamu muda, kawin paksa, perjodohan, dan kasih yang tak sampai. Corak aliran pada angkatan ini adalah romantik sentimental yang menggunakan bahasa Melayu dan bahan cerita biasanya berasal dari Minangkabau.
Tokoh dalam Angkatan Balai Pustaka :
  • Roman Azab dan Sengsara karya Merari Siregar
  • Roman Siti Nurbaya, karya Marah Rusli
  • Roman Di Bawah Lindungan Ka’bah, karya Hamka
  • Roman Salah Asuhan, karya Abdul Muis
  • Novel Sengsara Membawa Nikmat, karya Tulis Sutan Sati
  • Novel Apa Dayaku Karena Aku Seorang Perempuan, karya Nur Sutan Iskandar
  • Kumpulan cerpen Teman Duduk, karya M Kasim
  • Novel Kehilangan Mestika, karya Hamidah

  • Angkatan 30-an (Angkatan Pujangga Baru)
  1. Angkatan ini memiliki ciri yang berbeda dari angkatan sebelumnya, yaitu : 
  2. Tema lebih kompleks seperti emansipasi perempuan, kehidupan kalangan intelektual, dan banyak lagi.
  3. Karya tidak lagi menggunakan bahasa Melayu, tetapi menggunakan bahasa Indonesia modern
  4. Bentuk karya lebih bebas dan mementingkan keindahan bahasa, seperti puisi bebas dan juga sonata
  5. Tema karya kental dengan setting masyarakat dalam masa penjajahan
  6. Aliran karya yang dianut yaitu romantik idealisme
  7. Karya sangat dipengaruhi oleh barat
Tokoh dalam Angkatan Pujangga Baru yaitu :
  • Novel Layar Terkembang dan roman Dian Tak Kunjung Padam, karya Sutan Takdir Alisjahbana
  • Roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, karya Hamka
  • Novel Belenggu, karya Armin Pane
  • Drama Ken Arok dan Ken Dedes, karya M. Yamin
  • Kumpulan puisi Setanggi Timur dan Nyanyi Sunyi, karya Amir Hamzah
  • Bebasari, karya Rustam Effendi
  • Manusia Baru, karya Sanusi Pane
Puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengonsentrasikan semua kekuatan bahasa dengan pengonsentrasian struktur fisik dan struktur batinnya. Puisi adalah karya sastra tertulis yang paling awal ditulis oleh manusia. (Herman Waluyo). Puisi adalah karya sastra dengan bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, dan diberi irama dengan bunyi yang padu dan pemilihan kata-kata kias (imajinatif). (Sumardi).

Pengertian lain dari puisi adalah ekspresi bahasa yang kaya dan penuh daya pikat (James Reevas). Puisi merupakan ungkapan pikiran yang bersifat musikal (Thomas Carlye). Puisi merupakan rekaman dan interpretasi pengalaman manusia yang penting, digubah dalam wujud yang paling berkesan (Pradopo). Puisi merupakan bentuk  pengucapan gagasan yang bersifat emosional dengan mempertimbangkan efek keindahan (Herbert Spencer)
Jenis Puisi
1.    Puisi lama
2.    Puisi baru

A.  Puisi Lama
Puisi lama adalah puisi yang terikat oleh aturan-aturan. Aturan seperti Jumlah kata dalam 1 baris, Jumlah baris dalam 1 bait, Persajakan (rima), Banyak suku kata tiap baris dan Irama

1.    Jenis puisi lama
Mantra adalah ucapan-ucapan yang dianggap memiliki kekuatan gaib
Pantun adalah puisi yang bercirikan bersajak a-b-a-b, tiap bait 4 baris, tiap baris terdiri dari 8-12 suku kata, 2 baris awal sebagai sampiran, 2 baris berikutnya sebagai isi. Pembagian pantun menurut isinya terdiri dari pantun anak, muda-mudi, agama/nasihat, teka-teki, jenaka.
Karmina adalah pantun kilat seperti pantun tetapi pendek.
Seloka adalah pantun berkait.
Gurindam adalah puisi yang berdirikan tiap bait 2 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat.
Syair adalah puisi yang bersumber dari Arab dengan ciri tiap bait 4 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat atau cerita.
Talibun adalah pantun genap yang tiap bait terdiri dari 6, 8, ataupun 10 baris.

B.  Puisi Baru
Puisi baru adalah puisi yang tidak terikat oleh aturan. bentuknya lebih bebas daripada puisi lama baik dalam segi jumlah baris, suku kata, maupun rima

2.    Jenis Puisi Baru
Balada adalah puisi berisi kisah/cerita. Balada jenis ini terdiri dari 3 (tiga) bait, masing-masing dengan 8 (delapan) larik dengan skema rima a-b-a-b-b-c-c-b. Kemudian skema rima berubah menjadi a-b-a-b-b-c-b-c. Larik terakhir dalam bait pertama digunakan sebagai refren dalam bait-bait berikutnya
Himne adalah puisi pujaan untuk Tuhan, tanah air, atau pahlawan.
Ode adalah puisi sanjungan untuk orang yang berjasa. Nada dan gayanya sangat resmi (metrumnya ketat), bernada anggun, membahas sesuatu yang mulia, bersifat menyanjung baik terhadap pribadi tertentu atau peristiwa umum.
Epigram adalah puisi yang berisi tuntunan/ajaran hidup
Romansa adalah puisi yang berisi luapan perasaan cinta kasih
Elegi adalah puisi yang berisi ratap tangis/kesedihan
Satire adalah puisi yang berisi sindiran/kritik
Distikon, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas dua baris (puisi dua seuntai).
Terzina, puisi yang tiap baitnya terdiri atas tiga baris (puisi tiga seuntai).
Kuatrain, puisi yang tiap baitnya terdiri atas empat baris (puisi empat seuntai).
Kuint, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas lima baris (puisi lima seuntai).
Sektet, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas enam baris (puisi enam seuntai).
Septime, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas tujuh baris (tujuh seuntai).
Oktaf/Stanza, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas delapan baris (double kutrain atau puisi delapan seuntai).
Soneta, adalah puisi yang terdiri atas empat belas baris yang terbagi menjadi dua, dua bait pertama masing-masing empat baris dan dua bait kedua masing-masing tiga baris

Struktur Puisi
A.  Struktur fisik puisi
Diksi yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya
Imaji yaitu kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan.
Kata konkret yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indera yang memungkinkan munculnya imaji.
Gaya bahasa yaitu penggunaan bahasa yang dapat menghidupkan/meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu.
Rima/Irama adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan akhir baris puisi.
Tipografi yaitu bentuk puisi seperti halaman yang tidak dipenuhi kata-kata, tepi kanan-kiri, pengaturan barisnya, hingga baris puisi yang tidak selalu dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. Hal-hal tersebut sangat menentukan pemaknaan terhadap puisi.

B.  Sruktur Batin Puisi
Tema/makna (sense); media puisi adalah bahasa. Tataran bahasa adalah hubungan tanda dengan makna, maka puisi harus bermakna, baik makna tiap kata, baris, bait, maupun makna keseluruhan.
Rasa (feeling), yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya.
Nada (tone), yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan dengan tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema dengan nada menggurui, mendikte, bekerja sama dengan pembaca untuk memecahkan masalah, menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca, dengan nada sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca
Amanat/tujuan/maksud (itention); yaitu pesan yang ingin disampaikan penyair kepada pembaca.

Selasa, 03 Maret 2015

Keep Romantic Guys :)
Beranikan Diri ! :)

Minggu, 01 Maret 2015

Sepenggal bait indah dari sastrawan Teddi Muhtadin :)

Indahnya mencinta :)